SAHABAT PALSU
Perkenalkan namaku Andy, aku mempunyai sahabat yang bernama Gilang. Kami
sudah bersahabat sejak kelas 4 SD sampai sekarang, sekarang kami sudah duduk
dikelas 6 SD. Yang berarti kami kurang lebih sudah bersahabat selama 3
tahun. Seperti layaknya sahabat pada umumnya, kami selalu bersama setiap
saat. Berhubung ini sudah kelas 6 SD artinya kami akan lulus dan lanjut pada
jenjang sekolah menengah pertama atau SMP.
Aku pun bertanya kepada sahabatku Gilang, “Eh Lang, kamu nanti mau masuk
SMP dimana?.”
“Sepertinya aku akan sekolah di SMP Pelita Bangsa, Kalo kamu dimana?” jawab
Gilang.
“Wah!, sama kebetulan aku juga ingin sekolah disitu,” jawabku dengan sangat
riang.
“Yey!, kita akan satu sekolah lagi, dan menjadi sahabat selamanya” ujar Gilang dengan gembira juga.
Kami berdua sangat senang karena memiliki tujuan sekolah yang sama.
Akhirnya kami pun menjadi siswa kelas 7 SMP. Dan hari ini adalah hari
pertama kami masuk sekolah sebagai anak SMP. Lalu saat disekolah..
“Eh Andy, ayo lihat nama kelompok kelas kita,” kata Gilang sambil menepuk
pundakku.
“Ayo, tadi aku lihat pengumumannya ada di sebelah tangga”
Sesampainya di tempat pengumuman kelompok kelas, kami langsung mencari
namanya sendiri – sendiri.
Dan aku pun malah menemukan nama Gilang pada papan pengumuman.
“Eh Gil ini aku nemu namamu, kamu masuk dikelas 7A.”
“Wah mana, oh iya, kamu belum menemukan namamu?”
“Ah ini aku baru saja menemukannya, yah aku masuk di kelas 7D, kita ga
sekelas Gil”
“Yah, gapapa deh yang penting kita tetep satu sekolah kan!”
Mereka agak sedih karena tidak berada dikelompok kelas yang sama. Tapi itu
tidak menghalangi persahabatan mereka.
Ya kita pun melanjutkan sekolah seperti biasanya. Biasanya saat istirahat
kami selalu makan bersama di kantin. Namun pada suatu hari saat istirahat
Gilang langsung menghilang dari kelas. “Kok tumben Gilang udah pergi duluan,
yaudah aku ke kantin dulu deh.” Saat di kantin Gilang dengan seseorang.
“Eh Andy, kenalin ini Evan teman ku ekskul, ” Kata Gilang.
“Ohh, halo Evan, salam kenal ya.”
“Iya, halo Andy salam kenal ya, aku kemarin bertemu Gilang saat ekskul
basket.”
“Oh oke oke.”
Dan ya, setiap hari Gilang mengajak temannya Evan saat ke kantin. Namun
lambat laun Gilang seperti kurang menghiraukan ku. Gilang tampak lebih asyik
dengan teman barunya Evan ketimbang aku. Pada suatu aku melihat Gilang
sedang mengobrol bersama Evan. Aku pun menyapanya, “Halo Gilang”, Gilang
tampak tidak menghiraukan sapaan ku. Aku berpikir kenapa Gilang tidak
menghiraukan sapaanku. Aku berpikir apakah aku sudah tidak asik lagi,
mungkin Evan lebih asik dari pada aku. Dan karena aku termasuk orang yang
tidak suka dicuekin, aku pun sendikit marah kepada Gilang karena mengacuhkan
sapaanku. Dan hari esoknya aku bertemu Gilang saat pulang sekolah.
“Halo Gil”
“Eh Andy, halo juga”
“Kok kamu kemaren tidak menghiraukan sapaanku, ada apa ?”
“Eh maaf sepertinya aku tidak mendengarnya.”
“Ah kamu ini, baiklah aku pulang dulu ya.”
Pada keesokan harinya hal yang sama terulang kembali. Gilang tidak
menghiraukan sapaan ku. “Hm.. apa benar ya, mungkin aku ga asik lagi,” kata
ku di dalam hati. Dan kebetulan besok adalah besok lusa adalah hari ulang
tahun ku, biasanya Gilang adalah orang pertama yang mengucapkan ulang tahun
kepada ku. Tapi entah kenapa hari ini dia seperti lupa pada hari ulang tahun
ku. Sejak tadi pagi dia sama sekali belum menyelamati ku.
Kebetulan juga hari ulang tahun dia dekat dengan ari ualgn tahhun ku. Dan
besok adalah hari ulang tahunnya, tepatnya pada tanggal 10 Agustus. “Enaknya
aku ucapin ulang tahun atau tidak ya,” ucap ku di dalam hati. Aku berbipikir
seperti itu karena pada saat hari ulang tahun ku, dia tidak mengucapkannya.
“Ucapin aja deh, ga ada ruginya juga aku ngucapin kan.” Hari ulang tahun
Gilang jatuh pada hari libur, jadi aku tidak bias mengucapkannya langsung.
Lalu aku pun mengirimkan pesannya melalui whatsapp. Setelah menunggu selama
beberapa menit, Gilang tidak kunjung membalas pesannya. “Hm.. kayaknya dia
ga pegang hp deh,” ucap ku dalam hati yang mencoba berprasangka baik pada
Gilang.
Namun sampai esok hari, pesan ku tidak kunjung dibalas. Tidak biasanya Gilang tidak membuka gadgetnya. Lalu aku pun mencoba mengirimkan pesan lagi, dan benar saja sampai berjam – jam pun pesannya tidak kunjung dibalas. Besoknya saat di sekolah aku mencoba untuk berbincang dengannya. Tapi Gilang sama sekali tidak mempedulikannya. Aku pun malas mengurusnya. “Punya temen kok ga jelas banget sih, udah berhari – hari dia seperti itu, sejak teman barunya Evan datang dalam hidup dia aku pun dilupakan.” bisik ku di dalam hati. Akhirnya persahabatan kami pun hilang begitu saja dan tanpa alasan yang jelas. Sejak saat itu kami seperti orang yang bermusuhan, tidak saling mengenal dan tidak saling menyapa. Setelah kejadian itu kenyamanan di sekolah agak berkurang.
Komentar
Posting Komentar